ABSTRAK
Setiawan, dkk.2013.Menentukan Asam dan Basa Menggunakan Indikator Alami
Kata Kunci : Indikator Alami, Larutan Asam dan Basa
Indikator alami
merupakan bahan alami yang dapat berubah warnannya dalam larutan yang sifatnya
berbeda, asam, basa atau netral. Indikator alami yang biasa digunakan untuk
pengujian asam basa adalah bunga – bungaan, umbi, kulit buah dan daun yang
berwarna. Perubahan warna indikator bergantung pada warna jenis tanamannya,
misalnya kembang sepatu merah di dalam asam berwarna merah dan di dalam basa
berwarna hijau.
Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui perubahan warna pada indikator alami ketika dicampur dengan larutan
asam atau basa. Adapun metode yang kami gunakan dalam penelitian ini adalah
studi putaka dan eksperimen, ini dilakukan agar dapat memperoleh hasil yang
maksimal.
Hasil penelitian
yang kami peroleh Indikator dari bahan alami seperti bunga-bungaan tidak
semuanya baik digunakan sebagai indikator. Hanya ekstrak bunga tertentu yang
mempunyai warna yang mencolok yang mampu dijadikan indikator yang baik karena
perubahan warnanya mudah dianalisa.
Ekstrak
bunga yang baik digunakan sebagai indikator alami sesuai dengan praktikum yang
kami lakukan adalah bunga sepatu dan kunyit karena perubahan warna pada ekstrak
bunga sepatu dan kunyit sangat kontras saat dicampuri dengan larutan asam.
Sedangkan ekstrak bunga yang kurang baik digunakan adalah ekstrak bunga tapak
dara, ekstrak bunga pacar air, ekstrak bunga bugenvil, ekstrak bunga eforbia,
ekstrak bunga ungu telang dan ekstrak bunga asoka karena tidak memiliki
perubahan warna secara kontras saat dicampuri dengan larutan asam atau basa.
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar
belakang
Dalam kehidupan sehari-hari akan
ditemukan senyawa dalam tiga keadaan yaitu asam, basa, dan netral. Ketika
mencicipi rasa jeruk maka akan terasa asam karena jeruk mengandung asam.
Sedangkan ketika mencicipi sampo maka akan terasa pahit karena sampo mengandung
basa. Namun sangat tidak baik apabila untuk mengenali sifat asam atau basa
dengan mencicipinya karena mungkin saja zat tersebut mengandung racun atau zat
yang berbahaya.
Sifat asam dan basa suatu zat dapat
diketahui menggunakan sebuah indikator. Indikator yang sering digunakan antara
lain kertas lakmus, fenolftalein, metil merah dan brom timol biru. Indikator
tersebut akan memberikan perubahan warna jika ditambahkan larutan asam atau
basa. Indikator ini biasanya dikenal sebagai indikator sintetis. Dalam
pembelajaran kimia khususnya materi asam dan basa indikator derajat keasaman
diperlukan untuk mengetahui pH suatu larutan. Karena itu setiap sekolah
seharusnya menyediakan indikator sintetis untuk percobaan tersebut. Tetapi pada
kenyataannya, tidak semua sekolah mampu menyediakan indikator sintetis. Oleh
karena itu diperlukan alternatif lain sehingga proses pembelajaran tetap
berjalan lancar indikator pH sintetis dapat diganti dengan alternatif lain
berupa indikator pH dari bahan-bahan alam atau tanaman.
Dengan didasari pemikiran bahwa zat
warna pada tanaman merupakan senyawa organik berwarna seperti dimiliki oleh
indikator sintetis, selain itu mudah dibuat juga murah karena bahan-bahannya
mudah didapat serta menambah pengetahuan tentang manfaat bunga tapakdara, bunga
pacar air, bunga ungu telang, bunga sepatu, bunga eforbia, bunga bugenvil,
kunyit dan bunga asoka. Karakteristik bunga yang baik digunakan sebagai
indikator pH yaitu bunga yang masih segar berwarna tua digunakan hanya mahkota
bunga sedangkan benang sari dan putik tidak digunakan. Pada pembuatan indikator
cair bunga dicuci dengan air mengalir agar bersih juga dimaksudkan agar pigmen
warna bunga tidak ikut larut dalam air. Bunga yang sudah dicuci kemudian
dipotong kecil-kecil untuk memperluas permukaan bunga sehingga proses pelarutan
bunga lebih efektif. Semakin luas permukaan bunga maka semakin banyak pigmen
warna bunga yang larut pada proses pelarutan
1. 2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah
dijabarkan di atas, permasalahan yang akan
dibahas pada karya tulis ini adalah :
1.
2.1
Bagaimana menentukan perubahan warna pada
indicator alami ketika dicampur dengan larutan asam atau basa?
1. 3 Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas,
tujuan yang akan di capai sebagai berikut :
1.3.
1 untuk mengetahui perubahan warna pada indicator alami ketika dicampur dengan larutan
asam atau basa.
1. 4 Manfaat
Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan
tujuan penelitian di atas, dapat disebutkan beberapa manfaat penelitian dari
karya tulis ini, yaitu :
·
Bagi penulis
Mengetahui perubahan warna yang terjadi pada indikator alami ketika
ditetesi oleh larutan asam dan basa.
·
Bagi pembaca
Dapat menambah wawasan dengan mengetahui perubahan-perubahan yang
terjadi pada percobaan yang menentukan asam dan basa suatu indikator, ketika
indikator alami tersebut ditetesi oleh cuka atau air kapur.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Indikator alami
Indikator alam merupakan bahan alam
yang dapat berubah warnannya dalam larutan yang sifatnya berbeda, asam, basa
atau netral. Indicator alam yang biasa digunakan untuk pengujian asam basa
adalah bubga – bungaan, umbi, kulit buah dan daun yang berwarna. Perubahan
warna indicator bergantung pada warna jenis tanamannya, misalnya kembang sepatu
merah di dalam asam berwarna merah dan di dalam basa berwarna hijau. (http://www.zakapedia.com/2013/02/cara-menentukan-asam-basa-dan-garam.html)
2.2 Bunga
Pacar Air
Bunga
pacar air ini memiliki nama ilmiah Impatiens balsamina Linn. Pacar air Merupakan
terna berbatang basah, bercabang, dengan daun tunggal, bentuk lanset memanjang pinggir bergerigi warna hijau muda tanpa daun penumpu. Bunga berwarna cerah, ada
beberapa macam warna, seperti merah, oranye, ungu, putih. Buahnya buah kendaga,
bila masak akan membuka menjadi 5 bagian yang terpilin. Biasanya ditanam sebagai tanaman hias dengan tinggi
30 - 80 cm. Kandungan kimia bunga pacar air ini adalah anthocyanins, cyanidin,
delphinidin, pelargonidin, malvidin, kaempherol, quercetin. Akar : cyanidin
mono-glycoside. (http://rumputobat.blogspot.com/2012/11/tanaman-obat-pacar-air.html)
Gambar 1.1 Pacar air
2.3 Bunga Tapak
Dara
Tapak dara ini memiliki nama ilmiah Chtarantus roseus (L.) G. Don dan banyak dipelihara sebagai tanaman hias.
Tapak dara sering dibedakan menurut jenis bunganya, yaitu putih dan merah.
Tumbuhan semak tegak yang dapat mencapai ketinggian batang sampai 100 cm ini,
sebenarnya merupakan tumbuhan liar yang biasa tumbuh subur di padang atau
dipedesaan beriklim tropis. Tapak dara memiliki batang yang berbentuk bulat
dengan diameter berukuran kecil, berkayu, beruas dan bercabang serta berambut.
Daunnya berbentuk bulat telur, berwarna hijau dan diklasifikasikan berdaun
tunggal. Bungannya yang indah menyerupai terompet dengan permukaan berbulu
halus. Tapak dara juga memiliki rumah biji yang berbentuk silindris menggantung
pada batang. Penyebaran tumbuhan ini melalui biji. Dari akar, batang, daun
hingga bunga tapak dara mengandung vinkristin, vinrosidin, vinblastin dan
vinlouresin merupakan kandungan komposisi zal alkaloid dari tapak dara. (http://rumputobat.blogspot.com/2013/01/tanaman-obat-tapak-dara.html)
Gambar
1.2 Bunga Tapak Dara
2.4 Bunga Ungu Telang
Bunga Ungu
Telang ini memiliki nama ilmiah Clitoria ternatea L. Tumbuhan ini
hidup di Semak, menjalar,
panjang 3-5 m. Batang: membelit, masif, permukaan beralur, hijau. Daunnya
majemuk, menyirip, lonjong, tepi rata, ujung tumpul, pangkal meruncing, panjang
4-9 cm, lebar 2-4 cm, tangkai silindris, panjang 4-8 cm, pertulangan menyirip,
permukaan berbulu, hijau. Bunganya majemuk, bentuk tandan, di ketiak daun,
tangkai silindris, berwarna hijau, kelopak bentuk corong, panjang 1,5-2,5 cm,
hijau kekuningan, tangkai benang sari berlekatan membentuk tabung, putih,
kepala sari bulat, kuning, tangkai putik silindris, kepala putik bulat, hijau,
mahkota bentuk kupu-kupu, ungu. Buah berbentuk polong, panjang 7-14 cm,
bertangkai pendek, masih muda hijau setelah tua hitam. Bijinya berbentuk
ginjal, masih muda hijau setelah tua coklat. Akarnya tunggang, putih kotor.
Tumbuhan ini mengandung saponin, flavonoid, alkaloid, caoksalat, dan sulfur.
Pada daun terdapat unsure kaempferol-3-glukosida, dan triterpenoid. Pada bunga
terkandung delphinidi 3,3,5 dan triglukoside fenol sedangkan akarnya bisa
memabukan. (http://bataviareload.wordpress.com/2012/03/15/kembang-telang/)
Gambar 1.3
Bunga Ungu Telang
1. 5 Bunga Sepatu
Kembang
sepatu (Hibiscus
rosa-sinensis L.) adalah tanaman semak suku Malvaceae yang
berasal dari Asia Timur dan banyak ditanam sebagai tanaman hias di daerah tropis dan subtropis.
Bunga besar, berwarna merah dan tidak berbau. Bunga dari berbagai kultivar dan hibrida bisa
berupa bunga tunggal (daun mahkota selapis) atau bunga ganda (daun mahkota
berlapis) yang berwarna putih hingga kuning, oranye hingga merah tua atau merah
jambu. Bunga terdiri dari 5 helai daun kelopak yang dilindungi oleh kelopak tambahan (epicalyx) sehingga terlihat seperti dua lapis kelopak bunga. Mahkota bunga terdiri dari 5 lembar atau lebih jika merupakan hibrida.
Tangkai putik berbentuk silinder
panjang dikelilingi tangkai sari berbentuk oval yang bertaburan serbuk sari. Biji terdapat di dalam buah berbentuk kapsul berbilik
lima. (http://id.wikipedia.org/wiki/Kembang_Sepatu)
Kembang sepatu ini memiliki rasa manis dan
bersifat netral. Bahan kimia yang terkandung dalam daun kembang sepatu di
antaranya taraxeryl acetat. Selain itu, bunga kembang sepatu mengandung
cyanidin diglucosid, hibisetin, zat pahit, dan lendir.
Gambar 1.5 Bunga Sepatu
1.6 Bunga Eforbia
Euphorbia adalah tanaman dengan
batang berduri dan bergetah, dengan bunga yang menyembul dari ketiak daun
berupa gerombol bunga. Sebagian dari jenis euphorbia tumbuh menyemak, tetapi
ada juga jenis-jenis yang tumbuh tinggi dan besar. Bunga euphorbia yang
sempurna selalu berkelipatan 8. Euphorbia dikenal juga sebagai bunga delapan
dewa. Batang euphorbia tidak berkayu, tetapi jika tumbuh membesar akan
mengeras. Bentuk batangnya ada yang bulat, ada pula yang bersudut. Batang ini
ditumbuhi duri, ada yang berduri tunggal, ganda, dan duri yang berkelompok.
Daun yang sehat agak tebal, dengan permukaan halus, dan tulang daun yang
menonjol. Bentuk daun ada yang berujung lancip, oval, ada juga yang membulat,
dan ada pula yang berbentuk hati. Euphorbia juga ada yang berupa species, ada
juga yang varietas (biasa disebut jenis hibrida atau hasil persilangan).
Euphorbia berkerabat dekat dengan kastuba, sehingga euphorbia juga adalah jenis
tanaman yang peka terhadap cahaya pada malam hari. Adanya cahaya malam hari
menjadikan tanaman ini tidak mau berbunga, tetapi akan mempercepat atau memacu
tumbuhnya tunas samping. (http://tamanku.com/euphorbia-tanaman-asli-madagaskar/)
Gambar 1.6 Bunga Eforbia
1.7 bunga Bugenvil
Kembang kertas atau populer juga dengan nama bugenvil (pengucapan bahasa Inggris: bougainville;
nama ilmiah: Bougainvillea, terutama B. glabra) merupakan tanaman hias populer. Bentuknya adalah pohon kecil yang sukar tumbuh
tegak. Keindahannya berasal dari seludang
bunganya yang berwarna cerah dan menarik perhatian karena tumbuh
dengan rimbunnya. Seludang bunga ini kerap
dianggap sebagai bagian bunga, walaupun bunganya yang benar adalah bunga kecil yang
terlindung oleh seludang. Tanaman bunga kertas
atau bougainvillea ini mempunyai bagian tanaman yang berwarna-warni. Oleh
karena itu, tanaman bougainvillea menjadi tanaman hias yang sangat populer
karena kecantikkan warnanya dan cara merawatnya yang mudah. (http://rianiflower.wordpress.com/bunga-bougenville/ )
Gambar 1.7 Bunga
Bugenvil
1.8 Kunyit
Kunyit atau kunir,
(Curcuma longa Linn. syn. Curcuma domestica Val.), adalah termasuk salah satu tanaman rempah dan obat asli dari
wilayah Asia Tenggara. Tanaman ini kemudian mengalami penyebaran ke daerah
Malaysia, Indonesia, Australia bahkan Afrika. Hampir setiap orang Indonesia dan India serta bangsa Asia umumnya pernah
mengonsumsi tanaman rempah ini,
baik sebagai pelengkap bumbu masakan, jamu atau untuk menjaga kesehatan dan
kecantikan. Dalam bahasa Banjar kunyit atau kunir ini dinamakan Janar. Kunyit
mengandung senyawa yang berkhasiat obat, yang disebut kurkuminoid yang terdiri
dari kurkumin , desmetoksikumin sebanyak 10% dan
bisdesmetoksikurkumin sebanyak 1-5%
dan zat- zat bermanfaat lainnya seperti minyak atsiri yang terdiri dari Keton sesquiterpen, turmeron, tumeon 60%, Zingiberen 25%, felandren , sabinen , borneol dan sineil. Kunyit
juga mengandung Lemak sebanyak 1 -3%, Karbohidrat
sebanyak 3%, Protein 30%, Pati 8%, Vitamin C 45-55%, dan garam-garam mineral, yaitu zat besi, fosfor,
dan kalsium. (http://id.wikipedia.org/wiki/Kunyit)
Gambar 1.8 Kunyit
1.9 Bunga Asoka
Bunga
Asoka memiliki nama ilmiah Asupala.
Bunga Asoka merupakan salah satu pohon suci di India. Bisa ditemukan di seluruh
wilayahIndia. Bunga ini juga bisa ditemui di banyak tempat di
Indonesia.Bunganya memiliki bermacam-macam warna diantaranya merah, oranye, dan
kuning. Banyak disukai sebagai tanaman hias karena daunnya bisa dibentuk
dan bunganya indah. Dokumen sejarah menyatakan bahwa Asoka mengandung
hematoksilin. Hasil analisis terbarumenunjukkan bahwa kulit kayu kering Asoka
yang dihaluskan mengandung cukup banyak tanindan zat organik yang mengandung
besi.Asoka tidak mengandung sifat alkaloid aktif maupun minyak atsiri. Kulit
kayunya mengandungsejumlah tanin dan catachin. (http://www.scribd.com/doc/55850911/Manfaat-Bunga-Asoka)
Gambar 1.9 Bunga Asoka
1.10
Tabel indicator Alami
Sebelum Sesudah
Warna Bunga
|
Nama Bunga
|
Warna Air Bunga
|
Warna Air Bunga + Asam Asetat
|
Warna Air Bunga + Air Kapur
|
Merah
|
Kembang sepatu
|
Ungu muda
|
Merah
|
Hijau tua
|
Kuning
|
Terompet
|
Kuning keemasan
|
Emas muda
|
Emas tua
|
Ungu
|
Anggrek
|
Ungu tua
|
Pink tua
|
Hijau kemerahan
|
Merah
|
Asoka
|
Coklat muda
|
Oranye muda
|
Coklat
|
Kuning
|
Kunyit
|
Oranye
|
Oranye cerah
|
Coklat kehitaman
|
Ungu
|
Bougenville
|
Pink tua
|
Pink muda
|
Coklat teh
|
Pink
|
Euphorbia
|
Pink keputih-putihan
|
Pink muda
|
Hijau lumut
|
Merah
|
Kamboja
|
Coklat tua
|
Coklat oranye
|
Coklat kehitaman
|
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
alat dan bahan
bahan
:
a.
Ekstrak
bunga
b.
Ekstrak
bunga
c.
Ekstrak
bunga
d.
Ekstrak
bunga
e.
Air
f.
Larutan
asam (cuka)
g.
Larutan
basa (air kapur)
Alat :
a.
Pipet
b.
Plat
tetes
c.
Gelas
ukur
d.
Lumpang
dan alu
3.2
cara kerja
a. Menumbuk
kelopak bunga hingga ekstraknya keluar.
b.
Mencampur ekstrak bunga dengan air.
c.
Mengambil beberapa tetes dari ekstrak bunga
menggunakan pipet. Kemudian meletakkannya di piring tempat percobaan.
d.
Mengulangi langkah no.1-3 untuk ekstrak bunga
atau daun lain.
e.
Setelah semua ekstrak telah diletakkan di plat
tetes, kemudian meneteskan beberapa tetes larutan asam dan beberapa tetes
larutan basa di tempat yang berbeda.
f.
Mencatat perubahan-perubahan warna yang
terjadi.
g.
Menulis hasil pengamatan tersebut.
3.3 Data Pengamatan
No
|
Nama Bahan
|
Warna Ekstrak
|
||
Asam
|
Asli
|
Basa
|
||
1
|
Bunga
Pacar Air
|
Merah
Jambu
|
Ungu
Pekat
|
Kuning
Pekat
|
2
|
Bunga
Tapak Dara
|
Merah
Muda
|
Biru
Muda
|
Kuning
|
3
|
Bunga
Ungu Teleng
|
Merah
bella
|
Biru
|
Hijau
pekat
|
4
|
Bunga
Sepatu
|
Merah
|
Ungu
|
Hijau
Bening
|
5
|
Bunga
Evorbia
|
Pink
Muda
|
Putih
Transparan
|
Hijau
pekat muda
|
6
|
Bunga
Bugenvil
|
Pink
Pekat
|
Pink
|
Hijau
Bening
|
7
|
Kunyit
|
Kuning
Transparan
|
Orange
|
Merah
|
8
|
Bunga
Asoka
|
Merah
Bata
|
Coklat
Bening
|
Hijau
Pekat Tua
|
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan
Pada
pembuatan indikator alami ( ekstrak bunga) dimana bunga dicuci dengan air
mengalir agar bersih juga dimaksudkan agar pigmen warna bunga tidak ikut larut
dalam air. Bunga yang sudah dicuci kemudian dipotong kecil-kecil untuk
memperluas permukaan bunga sehingga proses pelarutan bunga lebih efektif.
Semakin luas permukaan bunga maka semakin banyak pigmen warna bunga yang larut
pada proses pelarutan. Pada proses pemotongan bunga tidak dicincang melainkan
dipotong kecil-kecil. Seperti pada percobaan yang telah
di lakukan memperoleh hasil sebagai berikut :
1)
Ekstrak Bunga Pacar Air
Sari
bunga pacar air memiliki warna ungu pekat, setelah di tetesi larutan asam menjadi merah jambu dan setelah di tetesi
larutan basa menjadi kuning pekat. Hal ini menunjukkan bahwa bunga pacar air
sesuai dengan sifat dari larutan asam dan basa.
2)
Ekstrak Bunga Tapak Dara
Sari bunga tapak dara memiliki warna biru muda, setelah di
tetesi larutan asam menjadi merah muda
dan setelah di tetesi larutan basa menjadi kuning. Hal ini menunjukkan bahwa
bunga tapak dara sesuai dengan sifat dari asam.
3)
Ekstrak Bunga Ungu Telang
Sari bunga ungu telang memiliki warna biru, setelah di
tetesi larutan asam menjadi merah bella
dan setelah di tetesi larutan basa menjadi hijau pekat. Hal ini menunjukkan
bahwa bunga ungu telang sesuai dengan sifat dari asam.
4)
Ekstrak Bunga Sepatu
Sari
bunga ungu sepatu memiliki warna ungu, setelah di tetesi larutan asam menjadi merah dan setelah di tetesi larutan
basa menjadi hijau bening. Hal ini menunjukkan bahwa bunga sepatu sesuai dengan
sifat dari asam.
5)
Ekstrak Bunga Eforbia
Sari
bunga ungu eforbia memiliki warna putih transparan, setelah di tetesi larutan
asam menjadi pink muda dan setelah di
tetesi larutan basa menjadi hijau pekat muda. Hal ini menunjukkan bahwa bunga
eforbia sesuai dengan sifat dari asam dan basa.
6)
Ekstrak Bunga Bugenvil
Sari
bunga ungu bugenvil memiliki warna pink , setelah di tetesi larutan asam menjadi pink pekat dan setelah di tetesi
larutan basa menjadi hijau bening. Hal ini menunjukkan bahwa bunga bugenvil sesuai
dengan sifat dari asam.
7)
Ekstrak Kunyit
Sari
kunyit memiliki warna orange, setelah di
tetesi larutan asam menjadi kuning
transparan dan setelah di tetesi larutan
basa menjadi merah. Hal ini menunjukkan bahwa kunyit sesuai dengan sifat asam
dan basa.
8)
Ekstrak Bunga Asoka
Sari
bunga asoka memiliki warna coklat bening, setelah di tetesi larutan asam menjadi merah
bata dan setelah di tetesi larutan basa menjadi hijau pekat tua. Hal ini
menunjukkan bahwa bunga asoka sesuai dengan sifat dari asam.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang sudah kami lakukan dengan
menggunakan bahan indikator alami, maka ditemukan bahan alternatif dalam
menggunakan larutan indikator sebagai penentu pH larutan. Selain bahannya
mudah ditemukan juga sangat ramah lingkungan karena tidak menggunakan bahan
kimia yang berbahaya.
Indikator
dari bahan alami seperti bunga-bungaan tidak semuanya baik digunakan sebagai
indikator. Hanya ekstrak bunga tertentu yang mempunyai warna yang mencolok yang
mampu dijadikan indikator yang baik karena perubahan warnanya mudah dianalisa.
Ekstrak
bunga yang baik digunakan sebagai indikator alami sesuai dengan praktikum yang
kami lakukan adalah bunga sepatu dan kunyit karena perubahan warna pada ekstrak
bunga sepatu dan kunyit sangat kontras saat dicampuri dengan larutan asam. Sedangkan
ekstrak bunga yang kurang baik digunakan adalah ekstrak bunga tapak dara,
ekstrak bunga pacar air, ekstrak bunga bugenvil, ekstrak bunga eforbia, ekstrak
bunga ungu telang dan ekstrak bunga asoka karena tidak memiliki perubahan warna
secara kontras saat dicampuri dengan larutan asam atau basa.
5.2 Saran
Setelah melakukan praktikum, sebaiknya peralatan yang
digunakan dibersihkan kembali dan disimpan ditempat semula agar tidak
mendatangkan dampak buruk yang tidak terduga dan pada saat peralatan tersebut
akan digunakan kembali maka diharapkan tak ada kotoran yang masih melekat pada
peralatan tersebut karena akan memperhambat proses penelitian berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.zakapedia.com/2013/02/cara-menentukan-asam-basa-dan-garam.html. Diakses pada tanggal
27 februari 2013.
http://rumputobat.blogspot.com/2012/11/tanaman-obat-pacar-air.html. Diakses pada
tanggal 27 februari 2013.
http://rumputobat.blogspot.com/2013/01/tanaman-obat-tapak-dara.html. Diakses pada
tanggal 27 februari 2013.
http://bataviareload.wordpress.com/2012/03/15/kembang-telang/. Diakses pada
tanggal 27 februari 2013.
http://id.wikipedia.org/wiki/Kembang_Sepatu. Diakses pada
tanggal 27 februari 2013.
http://www.togasehat.com/2012/02/khasiat-bunga-sepatu.html. Diakses pada tanggal
27 februari 2013.
http://tamanku.com/euphorbia-tanaman-asli-madagaskar/. Diakses pada
tanggal 27 februari 2013.
http://rianiflower.wordpress.com/bunga-bougenville/. Diakses pada
tanggal 27 februari 2013.
http://id.wikipedia.org/wiki/Kunyit. Diakses pada tanggal
27 februari 2013.
http://www.scribd.com/doc/55850911/Manfaat-Bunga-Asoka. Diakses pada
tanggal 27 februari 2013.
http://franfiscompanyandindustries.blogspot.com/2012/10/larutan-asam-basa-dengan-indikator-alami.html. Diakses pada tanggal 13
Maret 2013.
http://srielfyra.blogspot.com/2013/02/makalah-asam-basa-indikator-alami_2918.html. Diakses pada tanggal 13
Maret 2013.
http://titacassie.blogspot.com/2011/10/indikator-asam-basa-alami.html. Diakses pada tanggal 16 Maret 2013.