Saturday, March 16, 2013

LAPORAN HASIL PENGAMATAN (TITRASI ASAM-BASA )


LAPORAN
a.     Tujuan Percobaan
Melakukan titrasi asam kuat dengan basa kuat untuk menentukan konsentrasi suatu larutan.
b.     Dasar teori
Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya. (disini hanya dibahas tentang titrasi asam basa)

Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai “titrant” dan biasanya diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai “titer” dan biasanya diletakkan di dalam “buret”. Baik titer maupun titrant biasanya berupa larutan.

Titrasi asam basa disebut juga titrasi adisi alkalimetri. Kadar atau konsentrasi asam basa larutan dapat ditentukan dengan metode volumetri dengan teknik titrasi asam basa. Volumetri adalah teknik analisis kimia kuantitatif untuk menetapkan kadar sampel dengan pengukuran volume larutan yang terlibat reaksi berdasarkan kesetaraan kimia. Kesetaraan kimia ditetapkan melalui titik akhir titrasi yang diketahui dari perubahan warna indikator dan kadar sampel untuk ditetapkan melalui perhitungan berdasarkan persamaan reaksi.

Titrasi asam basa merupakan teknik untuk menentukan konsentrasi larutan asam atau basa. Reaksi yang terjadi merupakan reaksi asam basa (netralisasi). Larutan yang kosentrasinya sudah diketahui disebut larutan baku. Titik ekuivalen adalah titik ketika asam dan basa tepat habis bereaksi dengan disertai perubahan warna indikatornya. Titik akhir titrasi adalah saat terjadinya perubahan warna indicator.
Indikator phenoftalein merupakan asam diprotik dan tak berwarna. Ia mula-mula berdisosiasi menjadi suatu bentuk tak berwarna dan kemudian, dengan kehilangan hidrogen ke dua, menjadi ion dengan system terkonjugasikan, maka dihasilakanlah wrana merah. Metal oranye, indikator lain yang secara luas digunakan, merupakan basa dan berwarna kuning dalam bentuk molekular. Penambahan ion hidrogen menghasilkan suatu kation yang berwarna merah muda.
Pada titrasi asam kuat dan basa kuat, asam lemah dan basa lemah dalam air akan terurau dengan sempurna. Oleh karena itu ion hidrogen dan ion hidroksida selama titrasi dapat langsung dihitung dari jumlah asam atau basa yang ditambahkan. Pada titik equivalen dari titrasi asam air, yaitu sama dengan 7.

c.       Alat dan bahan 
                         Alat :
1.      Buret 50 ml
2.      Statif dan klem
3.      Labu Erlenmeyer 100 ml 3 buah
4.      Pipet tetes
5.      Gelas  ukur 50 ml
6.      Gelas kimia 25 ml
Bahan : 
1.      Larutab HCl  10 ml
2.      Larutan Ca (OH)2  0,2 M 50 ml
3.      Indikator fenolftalein

d.  Langkah Kegiatan 
1.      Bersihkan buret dan bilas dengan larutan HCl
2.      Pasang buret pada statif dengan klem yang kuat
3.      Masukkan larutan standar HCl ke dalam buret menggunakan gelas ukur hingga volumenya tepat pada skala nol.
4.      Ambil 10 ml larutan Ca (OH)2 dengan pipet tetes ke dalam gelas kimia
5.      Tambahkan 2 tetes larutan Indikator fenolftalein ke dalam larutan tersebut.
6.      Lakukan proses titrasi larutan Ca (OH)2  dengan meneteskan larutan HCl dari buret secara perlahan sampai terjadi perubahan warna dari merah muda menjadi tidahk berwarna. Tutup keran jika telah terjadi perubahan warna.
7.      Hitung selisih volume semula dengan volume akhir larutan HCl dalam buret dan catat hasilnya
8.       Lakukan langkah yang sama untuk percobaan selanjutnya

e.  Data pengamatan

 Hasil titrasi larutan Ca (OH)2  dengan larutan HCl
Percobaan Ke-
Volume larutan HCl awal (ml )
Volume larutan Ca (OH)2   awal (ml)
Volume Larutan Ca (OH)2   yang terpakai saat titrasi (ml)  
1
10 ml
50 ml
0,8 ml
2
10 ml
50 ml
1 ml
3
10 ml
50 ml
1 ml
4
10  ml
50 ml
0,8 ml
Jumlah
3,6 ml
Rata-rata
0,9 ml
                    

Pertanyaan :
a)      Tuliskan persamaan reaksi tersebut
b)      Mengapa konsentrasi larutan  HCl harus ditentukan dengan titrasi menggunakan larutan Ca (OH)2?
c)      Hitunglah konsentrasi larutan HCl?
d)     Faktor apa saja yang menyebabkan kesalahan pada percobaan titrasi? 
             e)       Bagaimana cara mengetahui titik ekuivalen ?
  f. Analisis Data/ Pembahasan 
a)      Reaksi yang terjadi antara HCl dengan Ca (OH)2 adalah sebagai berikut :
HCl(aq)  + Ca (OH)2(aq)   http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2008/SRIYANI%28050679%29/materi_2_clip_image002_0002.gifCaCl2(aq)  + H2O(l)
 
Pada standarisasi larutan Ca(OH)2 terhadap larutan HCl  indikator yang digunakan adalah penolftalin, pada saat indikator ditambahkan warna larutan tetap bening,setelah dititrasi dengan larutan  Ca(OH)2 sebanyak 0,9 ml larutan berubah menjadi warna pink atau merah muda. Perubahan warna pada larutan disebabkan oleh resonansi isomer elektron. Berbagai indikator mempunyai tetapan ionisasi yang berbeda,sehingga menunjukan warna pada range pH yang berbeda. Indikator penolftalin adalah indicator yang dibuat dengan kondensasi anhidrida fthalein dengan fenol. 
b)      Karena pada saat titrasi mencapai titik ekuivalen, mol ekuivalen asam sama dengan mol ekuivalen basa. Mol ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas, jumlah ion H+ pada asam atau ion OH- pada basa, dan volume larutan. Sehingga akan diperoleh molaritas atau konsentrasi larutan yang belum diketahui.
c)      diketahui :
VHCl     = 10 ml
a          = 1
V Ca (OH)2 = Rata-rata ( V awal –V akhir)
               = 0,9
M Ca (OH)2 = 0,2 M
b            =  2
jawaban :
a x Va  x Ma      =  a x Vb x Mb
1x 10 x Ma = 1 x 0,9 x 0,2
            Ma= 0,018
Dari hasil praktikum,di dapatkan Molaritas HCl  yaitu 0,018 M
d)      Faktor yang menyebabkan kesalahan pada percobaan titrasi diantaranya yaitu :
*      Kebocoran buret
*      Kesalahan pada saat penimbangan larutan HCl
*      Kesalahan penglihatan pada saat pengukuran volume pada buret
*      Kesalahan mengamati perubahan warna
e)      Ada dua cara untuk mengetahui titik ekivalen pada titrasi,
1.            Memakai pH meter untuk memonitor pH selama titrasi dilakukan. Kemudian membuat plot antara pH dengan volume titran untuk memperoleh kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut dinamakan titik ekivalen. Cara ini jarang dilakukan karena harus menggunakan sarana yang mendukung.
2.            Memakai indicator asam basa, indicator ditambahkan 2 hingga  tetes    pada titran sebelum proses  titrasi dilaukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekivalen terjadi. Pada saat inilah titrasi dihentikan.

Perubahan warna diharapkan tidak terlalu muda dan juga tidak terlalu tua. Agar mendapatkan hasil titrasi yang maksimal. Warna yang cocok adalah warna yang berada di tengah-tangah. Tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua.
                                     

Sebelum mencapai titik ekuivalen              Setelah mencapai titik ekuivalen

  
g.     Kesimpulan
 Berdasarkan hasil praktikum didapatkan kesimpulan yaitu :
  •      Kadar atau konsentrasi HCl (asam) dapat ditentukan melalui proses titrasi, yaitu dengan mereaksikan HCl (titrat) yang ditambahkan 2 tetes indikator PP dengan Ca(OH)2 (titran). Titrasi harus dihentikan bila larutan HCl yang dicampurkan dengan 2 tetes indikator berubah warna dari bening hingga menjadi pink. Volume Ca(OH)2 yang digunakan akan mempengaruhi hasil konsentrasi dari HCl tersebut, sehingga harus sangat berhati-hati melakukan praktikum ini. Setelah volume Ca(OH)2 (basa) diketahui, barulah Konsentrasi HCl (asam) bisa dihitung.
  • Volume rata-rata Ca (OH)2 untuk melakukan titrasi adalah 0,9 ml.



 

 


 


 

No comments:

5 Tahapan Manajemen Layanan TI menurut ITIL

Apa itu Information Technology Infrastructure Library ( ITIL ) ? ITIL adalah kerangka umum yang menggambarkan Best Practice dalam...